Sabtu, 20 Desember 2008

psikologi belajar

A. Apa Arti Belajar dan Perencanaan Pembelajaran
Sebenarnya apa sih arti belajar itu sehingga belajar dirasakan penting oleh manusia dalam kehidupannya.
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
Sedangkan makna perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya menentukan tujuan, metoda, isi, dan program yang akan diwujudkan dalam sebuah proses pembelajaran.
Pentingnya perencanaan pembelajaran dapat kita simak dengan melihat pernyatanan Nana Sudjana (1989) sebagai berikut:
Mengingat pelaksanaan Pembelajaran adalah mengkoordinasikan komponen-komponen pengajaran, maka isi perencanaan pun pada hakekatnya mengatur dan menetapkan komponen-komponen tersebut. Komponen yang dimaksud antara lain tujuan, bahan, metoda dan alat,
Kemudian, pernyataan Slameto (1988:95) bahwa: “…. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar”.
Sehingga perencanaan pembelajaran adalah sebuah alat menuju pelaksanaan pembelajaran di masa depan yang kita inginkan agar pembelajaran itu terjadi sesuai dengan keinginan perencana atau pendidik.
Lalu, dalam perencanaan pembelajaran perlu diperhatikan delapan factor penting, yaitu:

Tiga Konsep Belajar Terkenal, Belum Tentu Baik
Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa jenis teori belajar yang dirancang sebagai model untuk pembelajaran yang berasal dari temuan beberapa ahli psikologi dan pendidikan.
Para ahli yang mendasarkan teori belajarnya terhadap hasil penelitian mencoba merumuskan konsep belajar dengan tujuan agar dapat mencerdaskan manusia mulai dikenal dengan konsep-konsep yang dikemukakannya, tentunya dengan argumentasi ilmiah mereka dalam hal yang mereka temukan tersebut.
Namun, apakah teori belajar yang demikian terkenal itu merupakan teori belajar yang baik, terutama jika indikasinya untuk mempengaruhi pembelajaran dan proses sebelumnya yang disebut perencanaan pembelajaran dapat berhasil efektif membelajarkan manusia.
Berikut adalah tiga teori belajar yang terkenal, yaitu:
Teori Belajar Behaviourisme
Teori belajar yang dikemukakan oleh seorang psikologis bernama Pavlov dengan penelitian pembiasaan perilaku (behaviour) terhadap sapi yang mengeluarkan air liur manakala dibunyikan lonceng dan diberi makanan untuk sapi tersebut. Setiap lonceng dibunyikan, maka sapi tersebut mengeluarkan air liur sebagai perilaku akibat pembiasaan dibunyikannya lonceng tersebut, meskipun kemudian makanan tidak diberikan.
Sehingga seorang manusia akan berperilaku sesuai keinginan orang yang memberikan stimulus kepadanya, manakala stimulus itu dilakukan terus-menerus untuk memancing timbulnya perilaku yang diinginkan.
Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar ini mengemukakan konsep dimana seorang manusia yang memiliki otak dengan dilengkapi akal pikirannya dapat diberikan kemampuan berpengetahuan dengan pembiasaan menghapal dan mengingat apa yang harus diketahui.
Sehingga, keinginan kognitivisme, bahwa manusia harus berpengetahuan, manakala diberikan pengetahuan oleh orang lain dan harus dihapal agar pengetahuan itu bisa dimiliki olehnya. Transformasi pengetahuan sering menjadi andalan dalam teori belajar kognitivisme.
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain.
Sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

Dari ketiga teori belajar di atas terdapat hal menarik yang perlu kita perhatikan, yaitu akar filosofis ketiga teori tersebut di antaranya ada yang berakar pada hasil filsafat materialisme, yaitu teori belajar behaviourismenya Pavlov dimana manusia memiliki kesamaan yang mutlak dengan hewan untuk dibiasakan memiliki kemampuan tertentu atau untuk dididik dengan cara tersebut.
Kemudian, usaha Idealisme dalam konsep teori belajar Kognitivisme sepertinya merupakan sebuah aliran pendidikan yang juga memiliki kaitan filosofis dengan filsafat Materialisme dimana kekuatan akal atau pikiran dijadikan satu-satunya objek pendidikan.
Sedangkan Humanisme pada teori belajar Konstruktivisme membawa manusia untuk bisa menjadikan teori belajar ini bisa digunakan untuk mendidik manusia dengan merdeka, meski belum diketahui betul apakah ada kaitan dengan aliran filsafat pendidikan tertentu. “Benarkah naturalisme ?”. (Pertanyaan alternatif).
Akan tetapi yang lebih penting kita cermati dari pembelajaran dengan menggunakan teori belajar yang dirumuskan para ahli barat di atas perlu diambil hal-hal yang baiknya saja agar kita bisa melakukan inovasi untuk pelaksanaan sebuah pembelajaran yang dirumuskan menjadi sebuah konsep yang aplikatif dan efektif bagi penyelenggaraan pendidikan yang manusiawi.
Demikianlah tiga teori belajar yang terkenal di atas. Bisa digabungkan atau dibuat sebuah tori baru. FYI : teori belajar yang baik harus dapat membelajarkan manusia seutuhnya meliputi pembelajaran ruhani (hati), akal (pikiran) dan jasmani (tubuh/jasad).
C. Peranan Teori Belajar Dalam Perencanaan Pembelajaran
Sebagai masukan(Input) bahan perumusan rencana pembelajaran, maka teori belajar menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam merencanakan sebuah kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini, teori belajar menjadi bahan penentuan tujuan, metoda, isi, situasi, media, dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran kelak yang sedang direncanakan. Teori belajar berperan dalam perencanaan pembelajaran sebagai hal berikut.
(Strategic Platform) Menjadi konsep bagi perumusan tujuan strategis dalam pembelajaran.
Sebuah teori belajar akan menentukan tujuan strategis sebuah pembelajran yang akan diberikan kepada peserta didik agar peserta didik mempunyai atau memeberikan suatu indicator strategis yang diinginkan oleh perencana pembelajaran. Tujuan Strategis yang diinginkan merupakan tujuan yang berdampak jangka panjang terhadap peserta didik. Oleh karena itu teori belajar terbaik dapat memainkan pengaruhnya terhadap penentuan tujuan tersebut.
Misalnya tujuan strategis seperti, diharapkan peserta didik dapat memahami konsep hidup dengan sebenarnya dan mampu menampakkan indicator (salahsatunya) pemanfaatan waktu dengan baik dalam hidupnya. (Contoh, datang ke kelas tepat waktu).

(Model) Menjadi acuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Teori belajar menjadi satu-satunya acuan pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik dimana mereka akan belajar seperti teori belajar yang telah ditentukan dalam rencana pembelajaran.
Dalam rencana pembelajaran, teori belajar tersebut akan mewarnai konsep belajar yang diinginkan oleh perencana tersebut karena ia merupakan model yang harus ditiru setelah dikenal dan dipahami manfaatnya.
Misalnya, seorang guru mengetahui manfaat teori belajar konstruktivis dan mencoba membuat scenario pembelajaran yang sesuai dengan aliran kontruktivis.
Namun, perlu diingat bahwa pembaharuan atau modifikasi pembelajaran dalam konteks pelaksanaan atau implementasi teori belajar harus dilakukan jika dibutuhkan oleh peserta didik dan ini dapat menghasilkan inovasi guru. (bisa jadi muncul teori belajar baru).
(Evaluator) Menjadi konsep evaluasi pelaksanaan pembelajaran.
Teori belajar yang digunakan dalam pembelajaran dan pada perencanaan pembelajaran pun menjadi sebuah alat ukur atau pengawas terhadap keberlangsungan pembelajaran kelak.
Sehingga di saat kita menggunakan sebuah teori belajar, maka evaluatornya adalah teori belajar itu sendiri menjadi alat untuk mengukur keberhasilan atau keseuaian pembelajaran yang dinyatakan kelak dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Misalnya, guru IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) menuliskan dalam rencana pembelajarannya mengenai cara mengevaluasi keberhasilan pembelajarannya dan evaluasi hasil belajar peserta didiknya sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang menekankan keberhasilan yang diantaranya ditandai dengan kemampuan peserta didik memahami, menganalisis, dan dapat mengaplikasikan sebuah konsep tentang menanam tumbuhan yang diberikan guru tersebut secara leraning by doing, melalui kegiatan menanam kacang kedelai dan pengamatan selama satu minggu terhadap pertumbuhan tanaman tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar