Sabtu, 20 Desember 2008

Pernah tidak kita merenungkan sejarah Pancasila, pengorbanan para Jenderal dan mengaitkannya dengan sejarah manusia?
Pancasila adalah anugerah dari Tuhan buat bangsa Indonesia. Namun mungkin kita masih baru akil balig, maencari jati diri, sehingga belum mengenal betul apa itu Pancasila.
Semua sila dalam Pancasila adalah sifat-sifat Tuhan. Esa, adil, penyatu, kasih sayang, rahmat, dll. Itu merupakan bagian dari Asmaul Husna. Dan dalam diri manusia juga ada amanah untuk mewujudkan asmalul husna, karena manusia adalah khalifah, wakil Tuhan di bumi. Sebagai wakil, manusia hanyalah pengabdi. Manusia dipakai untuk mewujudkan sifat Tuhan (asmaul husna) agar menjadi rahmat bagi seluruh alam (apapun alam itu: alam manusia, jin, setan, binatang, tumbuhan, … semua).
Nah, inget kan sejarah G-30/S PKI? What does that mean? Untuk membela nilai-nilai ketuhanan dalam Pancasila, kita harus mengorbankan 7 orang Jendral dan 2 orang lagi (Ade Irma Suryani & KS Tubun). Apakah ini hanya peristiwa biasa saja? Atau, adakah Tuhan sedang berbicara kepada kita, bangsa Indonesia, manusia? Jika sedang berbicara, apa yang ingin Dia sampaikan?
Korbankan 7 Jenderal, masukkan ke lubang buaya. Juga korbankan 2 orang lagi. Ini harga yang harus dibayar untuk membela nilai-nilai dalam Pancasila.
Pesan bagi manusia: korbankan mata (2), hidung (2), telinga (2), mulut (1) dan 2 lobang bawah (kemaluan dan dubur). Korbankan semua pintu keduniaanmu. Dan ketika manusia sudah mengorbankan itu semua, maka sifat-sifat Tuhan akan memancar dari dirinya. Dia akan dipakai oleh Tuhan sebagai true khalifah.
Sungguh, dalam setiap peristiwa ada pesan yang jelas bagi manusia, agar dia bisa mengenal dirinya.
Namun, sayang sekali, hingga saat ini bangsa Indonesia belum menangkap pesan tersebut. Yang terjadi malah sebaliknya, membuka semua lobang untuk mencapai kenikmatan puncak di dunia. Semua lobang diumbar, dibuka lebar, dan akibatnya Pancasila pun dilupakan, tak bermakna, sekedar penghias dinding dan hapalan dalam pelajaran PMP. Asmaul husna tak tampak dalam wajah dan tindakan bangsa Indonesia. Akibatnya, kebanyakan berita tentang bangsa ini bernada miring, seperti korupsi, kolusi, kerusakan lingkungan, pornografi, dl.
Tapi insyaAllah, ada masa ketika bangsa ini akan bangkit. Pancasila dan pengorbanan 7 jendral plus 2 kerabat mereka tersebut merupakan pesan atau gesture dari Tuhan bagi bangsa Indonesia. Dia sedang memandang kita, menguji kita, memberi opportuniti manusia agar bangkit dan mengenal jati dirinya. Perlu kesabaran, syukur, tawakal, dan pujian kepada the Hidden Hand.
Seorang bijak bilang begini:
Barang siapa yang mencari kebenaran di luar dirinya, maka kebenaran akan semakin jauh darinya.
Jadi, kunci kemajuan Indonesia ada dalam diri kita. Cerminan sejarah manusia (diri kita) sudah ditampilkan dalam layar pada tahun 1965 yang lalu. Tonton lagi layar itu, tetapi tidak di layar lebar. Tonton dalam layar diri. Selama kita tidak mencari di dalam diri, selama itu pula kita tidak akan menemukan kebenaran, tetap gelap jalan menuju kebangkitan Indonesia.


UUD 1945
Konstitusi RIS (1949)
UUD Sementara (1950)
Berbagai Ketetapan MPRS dan MPR RI
Saafroedin Bahar (ed). (1992) Risalah Sidang BPUPKI-PPKI 29 Mei 1945-19 Agustus 1945. Edisi kedua. Jakarta: SetNeg RI
Tim Fakultas Filsafat UGM (2005) Pendidikan Pancasila. Edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar